Malang – Sekarang, mengisi ulang galon lebih mudah berkat inovasi dari Sofyan Dwi Saputra, lulusan terbaik Teknik Mesin D-3, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Ia berhasil merancang sebuah mesin pengisian galon otomatis yang biasanya hanya tersedia di skala pabrik.
Mesin yang berbentuk lemari stainless steel ini bekerja secara otomatis, mulai dari pengisian air, penutupan galon, hingga galon keluar dari alat. Inovasinya merupakan terobosan yang ia wujudkan melalui skripsi “Perencanaan Desain Sensor dan Perpipaan Mesin Isi Ulang Air Berbasis Conveyor dan Sensor”.
Lulusan Fakultas Teknologi Industri (FTI) ini berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,80. Merupakan putra tunggal dari pasangan Kariono, seorang petani jeruk, dan Nurjiati, pedagang sayur. Ia membuktikan bahwa semangat juang bisa mengantarkan seseorang pada puncak prestasi.
“Mesin ini memiliki keistimewaan otomatisasi, menggantikan proses manual yang biasa dilakukan,” jelasnya yang dibimbing oleh dosen pembimbing Eko Budi Santoso, ST., MM., MT.
Menurutnya, mesin bisa mengisi air sebanyak 18,7 liter setiap menit. Dengan kecepatan tersebut, mesin sanggup mengisi 20 galon besar (galon ukuran 19 liter) dalam satu kali proses, yaitu saat tangki air utamanya sudah terisi penuh.
“Lumayan, kemarin biaya pembuatannya sekitar 5,5 juta rupiah per orang. Kalau produk jadi di pasaran bisa mencapai 40 juta rupiah. Kami memang membuatnya berkelompok, tapi beda pembahasan,” ungkapnya.
Sofyan berasal dari Kota Batu, Jawa Timur memilih kuliah di Teknik Mesin D-3 ITN Malang karena kurikulumnya yang 70 persen praktik. Durasi studinya juga singkat 3 tahun, serta biaya yang terjangkau. “Laboratoriumnya lengkap untuk menunjang praktik, dosennya ramah, dan aksesnya mudah dari Kota Batu,” tuturnya.
Sofyan, yang ikut diwisuda pada wisuda ITN Malang ke-74 periode II tahun 2025 ini adalah pemuda multi talenta. Ia tak hanya membantu orang tuanya di kebun jeruk, tetapi juga aktif sebagai operator sound horeg dan musisi keyboard orkes di kampung halamannya. Dari pengalaman tersebut, Sofyan belajar arti kerja keras dan kemandirian, sehingga ia bertekad untuk melanjutkan studi. Momen itu menjadi titik balik baginya untuk menuruti nasihat orang tua, yang akhirnya mengantarkannya menjadi lulusan terbaik.
Sumber : ITN Malang